Review Deception Point

Judul Buku: Deception Point
Penulis: Dan Brown
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penyunting: Esti Budihabsari
Desainer Sampul: Andreas Kusumahadi
Cetakan Kedua: Agustus 2015
ISBN: 978-602-291-088-6


Apa yang memukau dari sebuah novel sains fiksi selain serunya jalan cerita? Bagi saya, jawabannya adalah riset. Semua penulis membutuhkkan riset untuk bahan tulisannya. Penulis yang mendasari semua tulisannya dengan riset yang sangat baik salah satunya adalah Dan Brown. Tulisan Dan Brown selalu bagus, didasari riset yang mendalam dengan mengambil konflik yang kontroversial. 

Deception Point mengambil tema politik Amerika Serikat dengan menggabungkan sains. Kali ini term sains yang digunakan berhubungan dengan astronomi dan biota laut. Bagi pembaca yang awam dengan ilmu tersebut mungkin agak bertanya-tanya dan membutuhkan bantuan informasi dari sumber lain. 

Buku ini mengisahkan tentang intrik kehidupan politik Amerika yang sedang dalam masa kampanye pemilihan presiden baru. Kandidatnya hanya dua, yaitu Presiden Zach Herney yang akan kembali mencalonkan diri dan Sedgewick Sexton, ayah dari Rachel Sexton. Hubungan Senator Sexton dan Rachel yang bekerja di NRO (National Reconnaissance Office) tidak begitu baik. Rachel tampak selalu memusuhi ayahnya. 

Kampanye Sexton dilakukan dengan mengolok-olok kegagalan proyek NASA yang menghabiskan anggaran negara begitu besar. Sedangkan Zach Herney tidak mau menggunakan cara-cara kampanye murahan dengan menyebarkan skandal lawan politiknya. Sexton menerima suap dari berbagai perusahaan swasta agar NASA nantinya bisa diambil alih oleh pihak swasta. Hal ini bisa membahayakan informasi rahasia negara. Seseorang yang mempunyai wewenang (yang juga kecewa dengan Zach Herney yang begitu idealis) terpaksa melakukan kecurangan dengan pembohongan publik agar NASA tetap berada di bawah kendali pemerintah Amerika. Untuk selanjutnya seseorang ini disebut Pengendali.

Cerita berawal dari penemuan batu besar yang mirip meteorit di bawah permukaan dataran es Milne di Arktik oleh seorang ilmuwan Kanada. Atas perintah Pengendali, ilmuwan tersebut dibunuh. Batu tersebut diklaim sebagai hasil temuan NASA dengan bantuan alat yang disebut PODS. Rachel dan beberapa ilmuwan dari kalangan sipil diminta untuk turut serta merayakan keberhasilan NASA di dataran Milne. Tetapi ternyata Rachel dkk menemukan fakta bahwa batu tersebut bukan ditemukan secara natural, melainkan diselundupkan dari terowongan di bawah dataran es. Rachel, Michael Tolland, dan Corky Marlinson pun menjadi target yang harus dihabisi nyawanya. 

Dan Brown selalu menggunakan twist dalam novel-novelnya yang pernah saya baca. Kita tak bisa menebak dengan mudah, siapa dalang di balik semua kekacauan yang terjadi. Sayangnya, penyelesaian konfliknya tidak terlalu epik. Padahal sebelumnya terjadi puncak ketegangan yang benar-benar seru. Saya juga tidak berhasil membayangkan seperti apa itu habisfer, kapal Goya, dan Triton. Hm, ini tidak seperti pada novel Angels dan Demons, deskripsi tempat-tempat di dalam novel tersebut bisa membuat saya membayangkannya dengan cukup mudah. Namun, Deception Point ini tetap memukau. Satu hal lagi yang selalu saya kagumi dari Dan Brown adalah tokoh-tokohnya digambarkan sebagai sosok yang cerdas. Dialog-dialognya berbobot, bukan hanya untuk sekadar menebalkan halaman. Alur cerita yang dibangun disertai metode pengambilan kesimpulan yang mengajarkan kita berpikir logis. Tidak ada salahnya membaca novel, khususnya genre science-fiction untuk menambah wawasan kita. 

Comments

Popular posts from this blog

Resensi My Melodious Melbourne: Cinta dalam Sebentuk Melodi

Jalani, Nikmati, dan Syukuri Setiap Fase Hidup Kita

Gendis dalam Hening