Resensi My Melodious Melbourne: Cinta dalam Sebentuk Melodi


IDENTITAS BUKU
Judul :    My Melodious Melbourne
Penulis :    Nisa’ Maulan Shofa
Penerbit :    Senja (DIVA Press)
Editor :    Vita Brevis
Desainer Cover :    Ferdika
Cetakan Pertama :    Mei 2014
Tebal :    235 halaman
ISBN :    978-602-279-098-3

 
Apakah setiap orang ditakdirkan untuk mengalami kepahitan? Siapa yang mau memilih hidup terdampar di negeri asing dengan takdir yang seakan tak memihak?

Kenzie, lelaki 23 tahun, tak punya pilihan selain tinggal bersama neneknya di Melbourne karena merasa tertekan dengan kehidupannya di London. Perceraian orangtua dan pengkhianatan kekasihnya membuatnya pergi—melarikan diri dari kenyataan. Neneknya yang dipanggil Grandma, bersikap overprotektif pada Kenzie. Apalagi dengan munculnya seorang gadis aneh bernama Navaeh, Kenzie semakin merasa frustrasi. Grandma memperlakukan Nevaeh yang bekerja di butiknya dengan penuh kasih sayang melebihi cucunya sendiri. Memangnya siapa Nevaeh?

Suatu ketika Nevaeh memainkan harmonika di jalanan Melbourne. Tanpa disadarinya, Kenzie menikmati permainan musik Nevaeh dan merasa takjub mendapati gadis itu bisa memainkan alat musik dengan indah.

Nevaeh mempunyai sisi kehidupan tersendiri yang tak diketahui Kenzie. Dan kisah hidupnya berhubungan erat dengan rahasia yang selama ini disimpan Grandma. 

My Melodious Melbourne adalah novel kedua dari penulis yang masih sangat muda, Nisa’ Maulan Shofa yang akrab disapa Nisa. Meskipun ditulis oleh penulis Indonesia, sebagian gaya bahasanya terasa seperti novel terjemahan. Novel ini disampaikan dengan bahasa yang renyah. Kalimatnya yang pendek-pendek membuat kisah yang dituturkannya terasa dinamis dan seru. Kisah kehidupan Kenzie dan Navaeh ini membuat penasaran karena ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab hingga saya terus melanjutkan membaca hingga bab terakhir (meskipun membacanya secara bertahap karena terbentur kesibukan lain :D). Ceritanya logis dan sangat bisa dinikmati. Pembaca tak perlu mengerutkan kening dengan alur yang susah diikuti karena My Melodious Melbourne menggunakan alur maju yang sistematis. 

Mengenai karakter tokohnya, saya suka dengan karakter Nevaeh. Ceria, lincah, tulus, dan tabah. Penggambaran Nevaeh dalam novel sebagai remaja 16 tahun, saya rasa sudah pas. Namun, mengenai sosok Kenzie, saya melihatnya sebagai tokoh yang kurang dewasa untuk lelaki Eropa seusianya, karena pada umumnya, mereka lebih mature dalam bersikap dan mengambil keputusan pada usia itu. Tapi mungkin penulis memang ingin menciptakan karakter Kenzie yang kekanak-kanakan. Sah-sah saja, sih. Hehehe... 

Satu hal yang membuat saya bergumam sendiri adalah saat memperhatikan desain cover-nya setelah selesai membaca novel ini. Mengapa menggunakan gambar kaset tape untuk tampilan cover? Menurut saya, gambar harmonika lebih sesuai untuk mengilustrasikan awal rasa cinta Kenzie kepada Nevaeh. Terlepas dari itu, cover My Melodious Melbourne ini cukup menarik. :)

Novel ini cocok dibaca untuk kalangan remaja dan dewasa awal. Saya beri rating 3,25 untuk My Melodious Melbourne (*3,25? Kayak IP aja :D LOL). 

Selamat membaca! J

Comments

Popular posts from this blog

Jalani, Nikmati, dan Syukuri Setiap Fase Hidup Kita

Gendis dalam Hening