Jalani, Nikmati, dan Syukuri Setiap Fase Hidup Kita

IDENTITAS BUKU

Judul : Jalani Nikmati Syukuri
Penulis : Dwi Suwiknyo
Penerbit : Noktah (DIVA Press Group)
Editor Layla
Ilustrator : Trias
Tata Sampul : Omenemo
Cetakan pertama : 2018

Halaman :  260 halaman
ISBN : 978-602-50754-5-2 

Peresensi : Rayya Tasanee



Sebelum mengenal seseorang lebih jauh, biasanya yang kita ingat lebih dulu adalah penampilan fisiknya. Nah, sebelum mengenal isi buku ini, saya akan membahas tampilannya dulu. Tampilan cover yang didominasi warna merah cerah, membuat buku ini sangat eye-catching sehingga mudah ditemukan di rak toko buku. Setelah dibuka lembar per lembar, voila! Warna biru mendominasi. Secara psikologis, warna biru dapat menimbulkan suasana tenang, damai, bahkan dapat memicu munculnya kreativitas. Apakah relevan dengan isi bukunya? Jawabannya: Sangat relevan.
Konon, sebagian orang berkepribadian melankolis menikmati suasana ketika hujan. Sendu. Romantis. Tetapi bagaimana jika yang datang adalah hujan cobaan? Pada umumnya, orang-orang menganggap setiap cobaan atau kesulitan sebagai ancaman dan memandangnya secara negatif. Jika kita mau mengambil jarak dari segala permasalahan dan merenung, ada hikmah atau nilai positif atas cobaan yang tadinya dianggap sebagai kesialan. Semua masalah itu ada solusinya. Jika tak menemukannya, mungkin artinya belum, bukan benar-benar berakhir di situ.

Mug keramik yang sering dipakai untuk minum teh, susu, atau kopi, dibentuk melalui proses yang panjang. Semula mug tersebut hanyalah tanah liat. Lalu tanah liat itu dibentuk, diputar-putar. Bayangkan jika Anda-lah si tanah liat. Setelah berbentuk masih harus dibakar di tungku pembakaran. Apakah langsung bisa digunakan? Belum. Mug setengah jadi itu masih harus dipoles, dipercantik, diwarnai atau diberi motif agar lebih menarik.
Begitu pula manusia. Kita harus merasakan kerja keras, pahitnya hidup, kesedihan, lelah, berusaha lagi, tetapi berbagai masalah terus datang. Tebersit keinginan untuk menyerah. Namun, di balik kesusahan hidup tersebut, ada anugerah dari Allah yang tak kita sangka. Ada kalanya Allah memberi kita ujian atau cobaan agar kita ‘naik kelas’, menjadi lebih baik dari sebelumnya, menjadi semakin indah di mata Allah.

Isi buku ini bukan sekadar opini penulis. Sebagian kisah yang ditulis sebagai refleksi kehidupan berasal dari kisah nyata yang sangat dekat dengan keseharian kita. Sebagiannya merupakan potongan kisah pada masa Rasulullah S.A.W. Penulis mencantumkan catatan kaki, juga daftar pustaka. Bahasa kerennya: kredibel! Tidak asal menulis, penulis tampak melakukan riset dengan sungguh-sungguh. Dan yang lebih menarik lagi, terdapat kalimat kutipan ayat suci Al-Qur’an, hadits, dan kutipan dari tokoh terkenal yang menyentil dan menyentuh, disertai pula ilustrasi berbentuk komik.
 “Without the sad times, the happy times would not be so enjoyable.” (Halaman 17)
“Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Qs. Al-Qashash [28]: 72)
“Sesungguhnya sangat mengagumkan orang yang beriman. Segala urusan adalah baik baginya. Dan itu terjadi hanya pada orang yang beriman. Jika ia mendapatkan nikmat, ia bersyukur. Maka itu kebaikan pada dirinya. Apabila ditimpa musibah, ia bersabar. Maka itu merupakan kebaikan bagi dirinya.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Konten buku Jalani Nikmati Syukuri juga menyiratkan tentang pentingnya mencari ilmu. Baik ilmu yang berkaitan dengan akademis, maupun ilmu dalam artian life skill.
“Allah tidak mengangkat derajat seseorang lantaran hartanya. Dia akan meninggikan derajat hamba-Nya karena ilmunya.” (Halaman 85)
Sub judul yang sangat menarik adalah “Kesengsaraan Itu Hanya Ilusi”. Allah-lah yang menciptakan perasaan sedih itu untuk kita. Yang penting adalah pandai mengolola emosi-emosi negatif yang kita rasakan. Sub judul ini ditutup dengan kalimat menyejukkan:
“Bila tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud.” (Halaman 99)
Banyak permasalahan terlihat berat karena cara pandang kita. Bagaimana mengubah persepsi kita dalam memandang kesulitan yang terjadi dalam hidup dikupas dengan gaya bertutur yang renyah diiringi solusinya. Tak lupa juga dituliskan mengenai pentingnya memaafkan demi ketenangan hati. Buku ini juga diselipi humor yang membuat pembaca tersenyum bahkan tertawa. 

Cukup banyak tips yang disertakan, seperti tips untuk mengubah pikiran negatif dengan memikirkan kata-kata positif dan mengucapkannya. Tipsnya terlihat simpel, tetapi sangat aplikatif. Buku ini berhasil mengingatkan pembaca untuk mengubah persepsi ke arah yang lebih positif kemudian mengambil sikap mengenai apa yang harus direncanakan dan dilakukan selanjutnya.

Menurut saya, hanya satu hal yang perlu ditambahi sebagai pelengkap di dalam buku ini yaitu bagian daftar isi. Tujuannya agar pembaca bisa membuka halaman dengan sub judul yang ingin diprioritaskan untuk dibaca lebih dulu, mengingat penulisan pembagian babnya bukan merupakan kronologi. 

Prinsip penting yang ingin ditekankan penulis adalah: Jalani saja, nikmati saja seluruh fase dalam hidup kita. Jangan lupa bersyukur, agar bahagia mudah diraih.


Buku ini bisa dibaca oleh pembaca dari segala usia. Banyak hikmah yang bisa ditemukan dalam buku ini. Semoga mampu mengajak pembacanya untuk semakin mendekat kepada Allah SWT. 

Comments

Popular posts from this blog

Resensi My Melodious Melbourne: Cinta dalam Sebentuk Melodi

Gendis dalam Hening