Review Finding Audrey
Judul: Finding Audrey (Aku, Audrey)
Penulis: Sophie Kinsella
Penerjemah: Angelic Zaizai
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Editor: Dini Pandia
Desainer sampul: Martin Dima
Cetakan Kedua: September 2015
ISBN: 978-602-03-1747-2
Memakai kacamata hitam, berdiam diri di rumah, panik ketika
harus berhadapan dengan orang luar. Audrey selalu memakai kacamata hitam di
dalam rumah sekalipun. Dia tak berani bertatapan mata dengan orang lain. Hal-hal
itulah yang terjadi pada Audrey selama beberapa bulan sejak ia mengundurkan
diri dari sekolah karena menjadi korban bullying.
Audrey menderita anxiety disorder (gangguan kecemasan). Di
dalam novel disebutkan bahwa gangguan kecemasan yang diderita Audrey adalah Social Anxiety
Disorder. Apa yang dialami Audrey termasuk termasuk
kategori phobic anxiety disorder
(gangguan kecemasan fobik). Perasaan cemas dipicu oleh paparan objek atau
situasi tertentu (misalnya kerumunan orang, kegelapan)(Biopsikologi Edisi Ketujuh, John P. J. Pinel, 2009). Audrey takut keluar
rumah, takut berada di tempat umum, takut berada di tengah keramaian. Gangguan
ini disebut agoraphobia.
Penyebab gangguan pada Audrey adalah karena dia menjadi
korban bullying. Namun, di dalam
novel, tidak diceritakan detail bullying
yang seperti apa dan bagaimana. Di dalam novel, hanya disebutkan pelaku bullying pada Audrey adalah teman-teman
Audrey, ketiganya perempuan yang akhirnya dikeluarkan dari sekolah.
Audrey mau tak mau harus mempersiapkan dirinya selama
beberapa bulan ke depan untuk pindah ke sekolah baru. Dia butuh untuk sembuh
dan menjalani kehidupan normal, maka dia menjalani psikoterapi dengan
dr. Sarah.
Pada suatu sesi konsultasi, dr. Sarah menyarankan Audrey untuk
membuat film dokumenter tentang keluarganya untuk melatih Audrey agar berani
bertatap mata langsung dengan orang lain. Tetapi yang membuat Audrey berangsur
sembuh adalah kehadiran Linus. Linus adalah teman bermain Frank. Suatu hari, Linus
yang selesai bermain game online di rumah Audrey, menyapa Audrey yang sedang
menonton TV sendirian. Audrey terkena serangan panik karena Linus termasuk
orang asing. Sejak melihat Audrey, Linus terus mencoba mendekati Audrey. Setelah
menjalin kedekatan dengan Audrey, Linus berkali-kali memberi tantangan kepada
Audrey untuk pergi ke tempat umum. Dari tantangan-tantangan kecil itu, Audrey
mencoba melawan ketakutannya sendiri.
Ibu Audrey yang sering
mengomel, heboh, merepresentasikan seorang ibu yang dipusingkan dengan anak yang
nakal, yaitu kakak lelaki Audrey yang bernama Frank. Awalnya saya kira ibunya tak terlalu peduli
pada Audrey, namun ternyata dia peduli, hanya saja kepeduliannya terhadap Audrey tidak terlalu ditonjolkan
dalam cerita karena dia juga harus mengurus dua anak lainnya, yaitu Frank yang
pencandu game online dan Felix yang masih berumur 4 tahun. Sedangkan ayah Audrey, cenderung tidak mau terlibat dalam masalah anak-anaknya.
Gangguan mental (mental illness) bukanlah sesuatu yang remeh.
Ia tak seperti penyakit fisik yang bisa kita lihat wujudnya. Saya senang karena
menemukan beberapa karya fiksi yang mengangkat tema mental illness karena orang-orang perlu tahu, bahwa mental illness bukanlah aib. Penderita butuh
dukungan dari sekitar. Apabila tidak segera ditangani dengan baik, dampaknya
akan lebih parah dan mengganggu kehidupan sosial penderita.
Novel ini berhasil membuat saya menangis dan tertawa dalam
jeda yang singkat. Dua jempol untuk Sophie Kinsella, yang berhasil mengaduk emosi
saya. Terutama karena novel ini terasa nyata. Kehidupan keluarga Audrey
menggambarkan kehidupan di semua keluarga yang sejatinya tak sempurna. Novel yang
komplit menggabungkan psikologi, kasih sayang dalam keluarga, percintaan, dan perkembangan
zaman yang begitu dinamis.
Satu hal yang membuat saya masih bertanya-tanya adalah tentang bullying yang menimpa Audrey. Penulis tidak menceritakan secara detail bagaimana terjadinya kasus bullying tersebut. Padahal, menurut saya, bagian itu penting. Semestinya pembaca mendapatkan penjelasan tentang kronologis Audrey hingga mengalami gangguan psikis sehingga hidupnya kacau. Atau mungkin Sophie Kinsella akan menulis sekuelnya?[]
Satu hal yang membuat saya masih bertanya-tanya adalah tentang bullying yang menimpa Audrey. Penulis tidak menceritakan secara detail bagaimana terjadinya kasus bullying tersebut. Padahal, menurut saya, bagian itu penting. Semestinya pembaca mendapatkan penjelasan tentang kronologis Audrey hingga mengalami gangguan psikis sehingga hidupnya kacau. Atau mungkin Sophie Kinsella akan menulis sekuelnya?[]
Comments
Post a Comment